Di hadapan Dewan Juri dan dipandu moderator Uswatun Hasanah, Ketua Poktan So Kalate Desa Saneo – Dompu, Ahmad (Son Marhaen) memaparkan Tabela Nada pada Lomba Temu Karya PEDA XVII KTNA NTB 2025 di Aula Distan Sumbawa Barat, Rabu (23/9/2025). Dan, Tabela Nada ketika Kaji Terap di lahan sawah (kiri bawah). (kolase/lakeynews)

 

Disajikan Son Marhaen pada Lomba Temu Karya PEDA KTNA NTB 2025

 

Petani asal Desa Saneo, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Ahmad alias Son Marhaen berhasil menciptakan alat tanam padi yang diberi nama Tabela Nada. Alat tani rekayasa teknologi pertanian karya inovatif ketua Kelompok Tani (Poktan) So Kalate Desa Saneo itu “ditawarkan” sebagai alternatif penopang swasembada pangan nasional dari daerah bermoto Nggahi Rawi Pahu.

 

CATATAN: Sarwon Al Khan, Sumbawa Barat

 

PADI merupakan komoditas strategis nasional. Krisis beras dapat berdampak terhadap masalah ekonomi, sosial, politik, dan pemerintahan.

Padi merupakan bahan pangan utama, sehingga menjadi perhatian serius dari pemerintah. Saking pentingnya padi ini, Presiden Prabowo Subianto bahkan menerbitkan Inpres RI Nomor 2 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembangunan untuk Mendukung Swasembada Pangan.

Dari beberapa literasi, pencapaian swasembada pangan dapat diraih apabila proses percepatan tanam dapat berlangsung lebih cepat, sehingga indeks pertanaman (IP) padi meningkat.

Peningkatan IP padi tidak dapat dipisahkan dengan proses percepatan tanam-panen. Dengan demikian, Luas Tambah Tanam/LTT padi dapat terwujud dan berdampak secara langsung pada optimalisasi pemanfaatan lahan.

Petani selama ini mengalami berbagai kendala dalam percepatan tanam. Antara lain, kurangnya tenaga kerja, dan tenaga kerja yang ada sangat membebani petani karena mahal.

Terhadap kondisi tersebut sebagian petani –di Kabupaten Dompu– memilih menabur langsung benih padinya pada lahan sawah. Atau, dikenal dengan “Pari Cera”.

Itu sebagai alternatif keluar dari masalah yang petani hadapi. Mereka merasa, Pari Cera lebih efektif dalam menekan kelangkaan dan mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja (penanam).

Namun, pada sisi lain, Pari Cera boros dalam penggunaan benih. Satu hektare (Ha) sawah bisa menghabiskan benih hingga dua karung. Atau, berkisar 180 sampai 200 Kg.

Seperti yang diutarakan Ridwan, salah seorang petani di So Jero, Kecamatan Dompu. Pari Cera sangat membantunya. Dia cukup kerja sendiri. Bahkan, menanam dengan Pari Cera di sawah seluas sekitar 1,2 Ha, cukup satu hari.

“Cuma penggunaan benih saya meningkat dibandingkan pindah tanam (mura; Dompu-Bima, red),” jelas Ridwan, beberapa waktu lalu.

Ridwan (baju hitam), salah seorang petani di So Jero, Kecamatan Dompu. (ist/lakeynews)

Menyiasati hal tersebut, pada tahun 2021, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Woja berhasil menciptakan Sepeda Tabela.

Hanya saja kelemahannya, alat bermasalah pada lahan dengan kondisi tertentu. Misalnya, di lahan berlumpur atau becek akan sleep. Rodanya tidak berputar, walaupun berpindah karena ditarik, namun benihnya tidak keluar.

Selain memperbarui (upgrade) Sepeda Tabela itu, juga sebagai bentuk inovasi, Ketua Poktan So Kalate Desa Saneo, Ahmad atau Son Marhaen, membuat Tabela Nada.

“Kita pakai nama Tabela Nada karena setiap ketukan mengeluarkan suara, nada, atau irama,” kata Son (sapaan akrab Ahmad) pada Lakeynews, usai menyajikan temuannya pada Lomba Temu Karya pada Pekan Daerah (PEDA) XVII Petani Nelayan Provinsi NTB 2025.

Lomba tersebut berlangsung di Aula Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), dan diikuti para peserta dari 10 kabupaten/kota se-NTB. KSB merupakan tuan rumah kegiatan yang diadakan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) NTB, 22-27 September 2025.

Mewakili Kabupaten Dompu, Son Marhaen menampilkan dan menyajikan Tabela Nada hasil karya inovatifnya di hadapan Dewan Juri dan para peserta dari daerah lain.

Son dibantu Sriwahyunana Ningsih yang familiar disapa Cece Nana sebagai moderator, Uswatun Hasanah alias Atun sebagai operator, dan didamping PPL Desa Mbawi Khairurrizaq (Mas Heru).

Alat pertanian buatan Son ini menggunakan bahan-bahan yang murah meriah dan mudah didapatkan. Antara lain, botol bening ukuran 1 liter, selang bening kecil, papan kayu, besi cor 12 Mm, karet ban dalam sepeda motor, kawat/peniti, dan kayu usuk/reng engsel.

Son memaparkan, lahirnya Tabela Nada dilatarbelakangi langka dan mahalnya kos untuk tenaga tanam padi. Selain itu, untuk menekan penggunaan benih yang terlalu tinggi, dan mengurangi sebar benih melalui Pari Cera.

Kelemahan Pari Cera, jarak tanam yang sangat acak, bahkan terjadi penumpukan yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu.

Ditambah lagi dengan kerentanan terhadap serangan penyakit, sehingga menyulitkan petani dalam pencegahan dan pengendalian hama penyakit tanaman.

Tabela Nada dianggap menjadi alternatif bagi petani dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Jarak tanam lebih teratur. Jarak antarbaris 20 Cm, sedangkan jarak dalam barisnya 15-25 Cm. “Jarak tersebut jarak ideal,” ujarnya.

Hasil Kaji Terap pada lahan lebih kurang setengah hektare (50 are), kemampuan Tabela Nada dalam menekan benih sangat baik. “Hanya menghabiskan benih sebanyak 18 Kg dengan waktu kerja lima sampai enam jam,” tegasnya.

Jarak tanam yang dihasilkanpun menyerupai model Jajar Legowo, di mana pada setiap barisnya terdapat jarak pemisah (antarbaris) 40 Cm.

Kelebihan lain model Tabela Nada ini, lahan menjadi rata –karena ada papannya–, dan terdapat jalur tanam. “Sehingga pada saat pengairan, seluruh tanaman dapat menerima pasokan air dengan baik,” urainya.

Kabid Prasarana, Sarana Pertanian dan Penyuluhan (PSPP) Distanbun Kabupaten Dompu Edy Chaidir (baju putih) bersama Kabag Umum Setda Dompu Irfan. (tim/lakeynews)

CH: Mendukung Percepatan Proses Menuju Swasembada Pangan

Tabela Nada temuan Son ini merupakan alat tani yang dianggap sebagai alternatif untuk menopang swasembada pangan nasional dari Dompu.

“Alat pertanian Tabela Nada sangat-sangat memungkinkan menopang swasembada pangan nasional,” kata Kabid Prasarana, Sarana Pertanian dan Penyuluhan (PSPP) Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu Edy Chaidir.

Ditemui Lakeynews usai mengawal peserta lomba utusannya bersama Kadistanbun Dompu Syahrul Ramadhan, CH menjelaskan alasan yang mendasari Tabela Nada diikutkan pada Lomba Temu Karya PEDA XVII KTNA 2025.

“Alat ini layak untuk ditampilkan karena dapat mempercepat proses tanam padi,” tutur CH yang juga hadir .

Tabela Nada efektif karena dapat menyelesaikan penanaman padi dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini tentu akan berpengaruh pada peningkatan luas tambah padi.

Artinya, sambung lelaki yang lebih dekat dengan sapaan CH dan Dae Edy ini, lahan dapat ditingkatkan pemanfaatannya dan indeks pertanaman padi pun dapat meningkat.

Hal tersebut diyakini mendukung percepatan proses menuju swasembada pangan. Mendorong kemandirian bangsa sebagai upaya mewujudkan Asta Cita dalam mengusung visi Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045. “Kami yakin sekali dengan hal ini,” cetusnya. (*)