Dari Lokasi Penandatanganan MoU dan Komitmen, Sukseskan “Program Membangun Ketahanan Masyarakat Terhadap Perubahan Iklim” (2)
–
SEBAGAIMANA dilansir sebelumnya, Pemkab Dompu dan Yayasan Relief Islami Indonesia (YRII) melakukan Penandatanganan Kesepakatan Bersama (MoU) dalam rangka menyukseskan “Program Membangun Ketahanan Masyarakat Terhadap Perubahan Iklim” (Building Community Resilience Against Cilimate Change/Bucracce).
Kegiatan yang difasilitasi Lembaga Pengkajian Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2DPM) Dompu, berlangsung di lahan Demplot Kelompok Tani Hutan (KTH) Mada Oi Wuwu Desa Adu, Kecamatan Hu’u, Minggu (30/10).
Baca berita sebelumnya: Difasilitasi LP2DPM, Pemkab Dompu, YRII dan KTH Sepakat Lestarikan Hutan
Ketua Panitia kegiatan yang juga Direktur LP2DPM Rustam Hardiatman, menguraikan Program Building Community Resilience Against Cilimate Change (Bucracce/Membangun Ketahanan Masyarakat Terhadap Perubahan Iklim).
Pesertanya lebih kurang 281 orang dari eksekutif, legislatif, TNI/Polri, Camat/Kades, SSF, LSM pemerhati hutan, media massa, Kelompok Tani Hutan ( KTH), Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB).
“Kegiatan ini terselenggara atas kemitraan LP2DPM dengan YRII Jakarta melalui program Bucracce, serta mendapat dukungan penuh dari Pemkab Dompu,” papar Rustam dalam laporannya.
Lalu apa saja tujuan kegiatan tersebut?
Salah satunya, terlaksananya penandatanganan kesepakatan bersama Pemkab Dompu dengan YRII. Kemudian, terlaksananya kegiatan pencanangan penanaman pohon sebagai penanda awal dimulainya gerakan penghijauan dan rehabilitasi lahan tandus di dalam kawasan Hutan untuk mengendalikan laju deforestrasi.
Selain itu, terlaksananya lokakarya masyarakat dan pemangku kepentingan tentang aksi bersama untuk program penghijauan. Serta, terlaksananya gerakan bersama penghijauan dan rehabilitasi lahan pada 10 desa dampingan program.
“Penandatanganan kesepakatan kerjasama ini merupakan bukti kepedulian dan keseriusan Pemkab Dompu dengan YRII dalam upaya mewujudkan Hutan Lestari, Ekonomi Tumbuh, Masyarakat Sejahtera,” jelasnya.
Lalu saja yang melatarbelakanginya?
Beberapa aktivitas berkontribusi terhadap perubahan iklim yang ekstrim. Antara lain, illegal logging, perambahan hutan, perladangan liar untuk alih fungsi pemanfaatan hutan dengan tanaman semusim sistem monokultur.
“Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan stakeholder lain untuk mencegah terjadinya aktivitas perusakan hutan, namun kegiatan itu tetap saja masif dilakukan,” ujar Rustam.
Dari tahun ke tahun, hutan semakin berkurang (makin hancur, red). Sebagian besar kondisi hutan, bukit dan lahan miring sudah gundul. Dengan kondisi itu, Dompu menjadi salah satu daerah yang rawan longsor dan banjir.
Air hujan yang tak lagi dapat diserap pepohonan, langsung mengalir ke perkampungan warga, masuk ke sungai membawa sedimentasi. Ini mengakibatkan pendangkalan pada sungai, saluran drainase maupun bendungan.
Persoalan lain yang kemudian muncul, lanjut Rustam, berkurangnya sumber mata air dan debit air untuk sumber air bersih rumah tangga dan pertanian.
Kemudian, pengelolaan kawasan hutan dengan sistem monokultur, tidak menerapkan konsep agroforestry dan tidak didukung ketersediaan terasering. “Ini mengakibatkan lapisan topsoil tanah sebagai humus semakin tipis,” tegasnya.
Belum lagi soal keterbatasan modal usaha, membuat kelompok tani hutan memanfaatkan jasa rentenir dengan bunga yang sangat tinggi untuk menutupi biaya usaha.
Berikut, meningkatnya kasus ketidakadilan gender. Beban kerja perempuan lebih banyak, terjadinya kekerasan fisik maupun psikis pada perempuan. Diperparah oleh akses dan kontrol terhadap sumber daya lebih dominan laki-laki.
Meningkatnya kasus penelantaran anak. Dimana anak usia sekolah pada jam sekolah bekerja untuk membantu keluarga, akibatnya pendidikan anak terabaikan. Atau, ketika para orang tua bekerja di lahan dan meninggalkan anak di rumah kadangkala terjadi pelecehan seksual yang kebanyakan dilakukan oleh orang terdekat.
Terjadi kekerasan fisik, anak-anak dibiarkan dan dipaksa tumbuh sendiri dalam lingkungan yang kurang kondusif, sehingga banyak muncul kasus perkelahian, Narkoba dan beberapa tahun terakhir muncul kasus pemanahan.
Karena itu, LP2DPM, didukung YRII, Pemkab Dompu, bersama-sama dengan komunitas maupun stakeholder lain mengembangkan program “Membangun Ketahanan Masyarakat Terhadap Perubahan Iklim di Kabupaten Dompu”.
Menurut Rustam, periode Program Bucracce dua tahun (1 Desember 2021 – 31 Juli 2023), dengan Lembaga Donor Islamic Relief, USA. Total Anggarannya Rp. 4,79 miliar lebih, Keuangan Mikro untuk SALT/Agroforestry Rp. 1,5 miliar, dan Keuangan Mikro untuk Usaha Pekarangan Perempuan Rp. 450 juta.
Tujuan yang hendak dicapai dari Program Bucracce ini apa?
Dikemukakan Rustam, meningkatkan kesejahteraan, keamanan, dan perlindungan masyarakat terhadap bahaya iklim yang ditimbulkan. Caranya, melestarikan hutan dan lahan tandus, meningkatkan produktivitas pertanian, mengurangi peran masyarakat sebagai penggerak risiko iklim dan penggerak kekerasan berbasis gender, serta meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.
Sehingga, dampak program ini meningkatnya kapasitas masyarakat di Kabupaten Dompu dalam mengelola hutan tandus, lahan gersang dan pekarangan tidak produktif. Ini dilakukan melalui mekanisme agroforestry, teknologi pertanian lahan miring (SALT – Sloping Agricultural Land Technology), dan usaha pekarangan untuk penghidupan masyarakat.
Dengan begitu, mereka dapat berpartisipasi dalam mitigasi perubahan iklim, mengurangi perannya sebagai pendorong utama risiko bencana, dan dapat mempromosikan kesetaraan gender.
“Akhir program ini, komunitas sasaran di Kabupaten Dompu akan lebih siap bertahan, mengatasi, dan membangun kembali dengan lebih baik apabila ada guncangan yang disebabkan oleh keadaan darurat karena iklim,” tutur Rustam.
Bagaimana strateginya?
Laki-laki dan perempuan dilatih untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilannya terkait gender, teknik SALT/agroforestri berkelanjutan untuk hutan tandus maupun lahan kering miring. Pelatihan bagi perempuan tentang bisnis pekarangan bernilai ekonomi tinggi, desa ramah iklim, dan gender.
Mendukung kegiatan SALT berbasis gender, agroforestri berkelanjutan dan model bisnis pekarangan. Membentuk kelompok masyarakat laki-laki dan dilatih untuk mempromosikan kesetaraan gender. Mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Syariah untuk mendukung bisnis masyarakat.
Selanjutnya, memberi ruang bagi keluarga untuk mengakses keuangan mikro dalam mengembangkan teknik SALT berbasis gender atau agroforestri berkelanjutan. Perempuan mengakses keuangan mikro untuk mengembangkan usaha pekarangan rumah yang menguntungkan dan ramah lingkungan.
Mendirikan dan memelihara pusat pembibitan untuk tanaman bernilai ekonomi tinggi. Pelatihan pengembangan produk, pemasaran dan pembukuan. Penilaian kerentanan dan kapasitas secara partisipatif, memfasilitasi penyusunan rencana aksi masyarakat.
Disamping itu, membentuk tim kesiapsiagaan dan respons desa dan dilatih tentang kesiapsiagaan dan mitigasi bencana terkait iklim-KMPB. Menyusun peraturan desa tentang larangan terkait dengan aktivitas perusakan hutan yang dilakukan oleh masyarakat. Serta, Tim Pengamanan Hutan Berbasis Masyarakat dibentuk, dilatih dan didukung.
Lokasi Program Bucracce (selengkapnya lihat tabel di bawah, red):
Diujung laporannya, Rustam mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terlaksananya Penandatanganan Kesepakatan Kerjasama Pemkab Dompu dengan YRII, yang diiangkaikan dengan Penanaman Pohon.
“Kami sangat berharap, kegiatan hari ini dapat meningkatkan kolaborasi dan sinergisitas, bergandengan tangan demi mengembalikan fungsi hutan agar moto hutan lestari masyarakat sejahtera dapat terwujud,” pintanya. (tim/bersambung)