Suherman. (ist/lakeynews.com)

Oleh: Suherman  *)

MELIHAT pemerintah itu harusnya secara utuh dan menyeluruh sebagai satu kesatuan sistem. Soal adanya klaim naiknya HAP (harga acuan pembelian) jagung oleh sebagian kelompok karena si B atau si G, itu gak perlu.

Karena klaim itu sesungguhnya menegaskan bahwa kita harus dan berharap akan puji-pujian dan cenderung bekerja tanpa pamrih. Lagian, ya memang tugas mereka (pemerintah) untuk itu, untuk mensejahterakan rakyatnya.

Sekarang secara administratif regulatif, HAP jagung naik menjadi Rp 4.200/kg. Lalu, what next?

Pertama, naiknya harga jagung perlu dikontrol di lapangan. Gudang-gudang perlu diawasi agar HAP itu konsisten diterapkan.

Alat ukur kadar air, timbangan di gudang-gudang itu juga perlu diawasi secara berkala. Bila perlu diaudit. Jika tidak, mereka akan sewenang-wenang memainkan harga.

Kedua, naiknya HAP jangan sampai dikuti oleh biaya produksi. Harga pupuk, obat-obatan, upah buruh, alat produksi dan lainnya harus dikendalikan. Kalau tidak, setinggi apapun HAP, sama aja bohong.

Ketiga, hadirkan industrialisasi. Industrialisasi yang dimaksud adalah bagamana agar siklus produksi dan pemasaran jagung tidak itu-itu saja. Tidak hanya tanam, panen, lalu jual ke gudang atau tengkulak.

Tapi bagaimana jagung kita dengan industrialisasi bisa menjadi bahan olahan. Bisa jadi makanan dan minuman kemasan, bisa jadi pakan ternak dan sebagainya. Dengan demikian, dia punya harga tinggi.

Keempat, literasi keuangan. Di lapangan, hampir jarang ada petani kita yang saving (menabung) uang hasil panen jagungnya di bank. Mereka membelanjakan hasil panennya untuk membeli barang-barang mewah atau membeli barang-barang yang sesugguhnya tidak berdasarkan kebutuhan.

Kita bisa lihat, meski hasil panennya meningkat namun ironisnya musim tanam berikutnya, mereka tidak memiliki biaya. Akhirnya ngutang. Syukur kalau di bank. Tapi yang parah, bila ngutangnya di rentenir. Memang tidak semua, tapi umumnya demikian.

Pada akhirnya, setinggi apapun harga jagung. Bila prilaku konsumtif masyarakatnya tinggi, tidak akan mampu membawa kesejahteraan. Ya, akan gitu-gitu aja.

Dalam kondisi itu, literasi keuangan petani jagung kita perlu ditingkatkan agar dia tahu, memahami, mampu serta sadar bagaimana mereka mengelola uangnya dengan baik dan bijak. Caranya melalui sosialisasi, salah satunnya.

Keempat hal di atas, patut kiranya untuk dipikirkan dan dilaksanakan bersama pascanaiknya HAP jagung dari pada sibuk mengklaim, mengklarifikasi siapa yang paling berjasa terhadap naiknya HAP jagung tersebut.

Ingat, sekecil apapun yang kita perbuat untuk kepentingan rakyat, pasti akan dicatat sebagai amal ibadah di hadapan Tuhan. Fokuslah!! (*)

*) Penulis adalah pemerhati masalah sosial politik.