Menengok SMAN Terpencil (1)
Laporan : Sarwon Al Khan – Bima
Lokasi terpencil, fasilitas, sarana, prasarana pendukung dan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki masih terbatas. Itulah kondisi umum SMAN 2 Soromandi, Kabupaten Bima, saat ini.
=======
SMAN 2 Soromandi didirikan tahun 2007. Diawal berdirinya, menumpang gedung SMPN 2 Soromandi di Desa Sai. Sekolah ini baru mulai punya gedung sendiri sekitar Juli 2013, juga di Desa Sai.
2016 ini merupakan tahun tujuh SMAN 2 Soromandi meluluskan peserta didik. Namun, sejak tahun 2009 sampai 2012 melakukan ujian persamaan di SMAN 1 Soromandi, Desa Bajo. Keberanian menyelenggaran Ujian Nasional (UN) sendiri mulai tahun 2013. Ketika salah satu lembaga pendidikan ini dikepalai Subari Abidin, S.Pd.
Meski usianya terhitung sudah sembilan tahun lebih, hingga saat ini sekolah tersebut masih sarat kekurangan. Terutama dari segi sumber daya manusia (SDM) dan fasilitas pendukungnya.
Untuk tenaga pendidik (guru) misalnya, dari 41 orang yang ada sekarang hanya enam orang termasuk kepala sekolah (Kasek) yang berstatus PNS. “Kebutuhan idealnya, tenaga pendidik yang berstatus PNS minimal 20 orang,” kata Kepala SMAN 2 Soromandi, Subari Abidin, S.Pd pada Lakeynews.com.
Sedangkan jumlah tenaga kependidikan di sekolahnya, baru sebanyak enam orang. “Semuanya tenaga sukarela atau pegawai tidak tetap,” jelas pria yang tangis pertamanya meletus pada 7 Maret 1979 itu.
Kalau melihat kebutuhan sekolah, sambung Subari, tenaga kependidikan ini mestinya belasan orang. “Dari belasan orang tersebut, minimal lima orang yang PNS,” tandasnya.
Bagaimana dengan fasilitas dan sarana prasarana pendukung yang dimiliki SMAN 2 Soromandi?
“Masih kurang,” jawab bapak dari dua putra hasil pernikahannya dengan Fanadian, S.Pd pada 2007 lalu.
Namun, yang mendesak dibutuhkan, antara lain, mushalla, satu unit kantor (ruang Kasek, Tata Usaha, BP/BK, gudang), laboratorium komputer, perumahan guru dan pagar keliling.
Karena belum ada perumahan guru, kepala sekolah dan beberapa guru yang rumahnya jauh terpaksa menginap di Laboratorium IPA. “Mau bagaimana lagi, perumahan kita gak punya,” tandas alumni Universitas Muhammadiyah Mataram 2003 itu.
Untuk memenuhi kekurangan fasilitas-fasilitas itu, pihaknya sudah ajukan proposal permohonan bantuan ke pemerintah pusat. “Mudah-mudahan segera terealisasi,” sambung Subari yang juga Sekretaris Umum PC PGRI Kecamatan Soromandi.
Sejauh ini, sarana dan fasilitas pendukung yang sudah ada, enam ruang kelas dan untuk sementara dianggap cukup. “Laboratorium IPA, Ruang Perpustakaan, ruang guru, toilet guru dan siswa, juga sudah ada,” papar Koordinator Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Kabupaten Bima Wilayah Barat (Bolo, Madapangga, Donggo, Soromandi, Sanggar dan Tambora). (bersambung)